MENIKAHI MALAM
: Hands Ranjiwa
seorang paroki
membaptismu sebagai pemazmur rupa
semangkuk hujan telah
dipersiapkannya
kau simpan dalam album jalanan yang
kau rajut di sepanjang musim
lalu dijadikan
garda melamar kekasihmu
hands,
kau merambang
malam sebagai galas tuhan
yang maha pedih
airmata anakmu
hanya sebaris kebekuan yang kau rasa bila dingin menerjabmu
tetapi kau
tetap bertahan
membina
hubungan dengan malam
lalu menyetubuhinya
hands,
di jantung kota
ini kita berkenalan dalam selembar kanvas
kau pagut malam
dengan lukisan muram
aku masih
melihat wajahmu menekan kemerdekaan
dibalik ruang
yang kau pasung
sebagai ranum
kepura-puraan
menikahi malam
telah membuatmu haus
: kembaramu mengaduh
kau memakunya
dalam segandeng rana
hands,
percuma kau
menuba jiwa belantara,
memetik bintang di kantung mata
pernikahanmu
kau tetap
berhati gersang!
Teras
Puitika, 16 Januari 2011
TRIWIKRAMA
CINTA
lelaki kusut
itu telah menjadi sarjana cinta
di sajak-sajak tuanya dalam perban
kesetiaan
merembang
bujana meniti keingsunan
cinta yang
fasik
dongeng petang
di serambi hatimu
merubah batin
menjadi nubuat sangsai
tak lunas
menghalau rindu yang terselip disaku rompinya
lantaran jodoh
hanya separagraf kalimat
kau lasah hari-hari
dengan keringat perempuan
angin menukil
proposal cinta tanpa gelagat berkesudahan
lelaki kusut
itu masuki balai agung
pendeta umumkan
gelar barunya
: fetus
dilanglang alamat kasih
mazbah gereja
disesaki pelawat-pelawat kata
karantina
penghabisan lalu-landang di hadapanmu
seorang pastur
berkata:
di jari manismu ada rindu*
Teras
Puitika, 17 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar