KEPADA ELANG RAMPANG
bila ada seorang yang mengaku kibutz lelaku di barisan pertama
tak perlu ragu
dialah penyandang elang rampang
bila genderang takbir ditalukan
ia seorang penabuhnya meski
lupa cara sembahyang
bila tak ada lagi jalan untuk saling bersimpang
atau lupa alamat pulang
cukup senandung pitam merajuk sukma dimantrakan
lewat layar kibaran
makna sebuah kematian
bila setangkai bogenville basah gugur di petang usiamu
segeralah cari kemudi untuk selesaikan masa depanmu
merampungkan episode fana yang siap untuk terkhatamkan
sebelum al-ma’un menyeretmu sebagai lelaki lalai
Teras Puitika, Akhir September 2008
: kabar di kelaluan waktu
ndi, pernah membaca riwayat hidupmu lewat
benalu yang menghinggapi di rumbai cenaku
ibarat matahari kamulah yang selalu dicari
rembulan
tak habis-habis
sebab perburuan dirimu tak pernah selesai aku kerjakan
ndi, pagi itu kau gandeng tangan putramu
: terhenyuh
selalu ada masa untuk saling mengingatkan
masa yang menguatkan
di perigi batu aku mengendap-endap
sekadar melihat ladangmu dan sehampar tambak ikan bekal keluargamu menatap waktu
selebihnya kutertunduk
air mataku membanjiri ingatanmu
sudahlah
jiwaku mulai terhunus ketika tawamu memecahkan kebisuan
kamu pernah ada
menempati ruang kenangan
ndi,
Teras Puitika, Minggu Terakhir September 2008