Sabtu, 11 Oktober 2008

puisi 6

KEPADA ELANG RAMPANG

bila ada seorang yang mengaku kibutz lelaku di barisan pertama

tak perlu ragu

dialah penyandang elang rampang

bila genderang takbir ditalukan

ia seorang penabuhnya meski

lupa cara sembahyang

bila tak ada lagi jalan untuk saling bersimpang

atau lupa alamat pulang

cukup senandung pitam merajuk sukma dimantrakan

lewat layar kibaran

makna sebuah kematian

bila setangkai bogenville basah gugur di petang usiamu

segeralah cari kemudi untuk selesaikan masa depanmu

merampungkan episode fana yang siap untuk terkhatamkan

sebelum al-ma’un menyeretmu sebagai lelaki lalai

Teras Puitika, Akhir September 2008




SARAH LELAKU

: kabar di kelaluan waktu

ndi, pernah membaca riwayat hidupmu lewat

benalu yang menghinggapi di rumbai cenaku

ibarat matahari kamulah yang selalu dicari

rembulan

tak habis-habis

sebab perburuan dirimu tak pernah selesai aku kerjakan

ndi, pagi itu kau gandeng tangan putramu

: terhenyuh

selalu ada masa untuk saling mengingatkan

masa yang menguatkan

di perigi batu aku mengendap-endap

sekadar melihat ladangmu dan sehampar tambak ikan bekal keluargamu menatap waktu

selebihnya kutertunduk

air mataku membanjiri ingatanmu

sudahlah

jiwaku mulai terhunus ketika tawamu memecahkan kebisuan

kamu pernah ada

menempati ruang kenangan

ndi,

Teras Puitika, Minggu Terakhir September 2008

TERIMA KASIH APRESIASI ANDA. SEMOGA ANDA AKAN KEMBALI MENGAPRESIASI PUISI-PUISI SAYA